Industri pelayaran kontainer internasional memasuki babak baru dengan reorganisasi aliansi dan perjanjian berbagi kapal yang dijadwalkan mulai berlaku Februari 2025. Namun, berbagai dinamika global diprediksi akan memberikan tantangan besar bagi implementasi rencana strategis yang telah disusun.
Salah satu pembaruan signifikan adalah pembentukan Premier Alliance, yang terdiri dari ONE (Ocean Network Express), Yang Ming, dan HMM. Aliansi ini menggantikan THE Alliance, menyusul keputusan Hapag-Lloyd untuk bergabung dengan Maersk.
ONE, yang didirikan pada 2016 melalui penggabungan tiga perusahaan Jepang—Kawasaki Kisen Kaisha (K-Line), Mitsui O.S.K. Lines (MOL), dan Nippon Yusen Kaisha (NYK)—berpusat di Singapura. Saat ini, ONE mengoperasikan lebih dari 240 kapal dengan kapasitas total 1,9 juta TEUs, mencakup 165 layanan di 120 negara. Selain itu, ONE memiliki kepemilikan strategis di terminal-terminal utama, seperti TraPac di Oakland dan Los Angeles, Yusen Terminals di LA, serta Rotterdam World Gateway di Belanda.
Di sisi lain, Gemini Cooperation, yang melibatkan Hapag-Lloyd dan Maersk, hadir menggantikan aliansi 2M yang sebelumnya dijalankan Maersk dengan MSC. Fokus utama Gemini Cooperation adalah meningkatkan keandalan jadwal hingga 90%, jauh di atas rata-rata industri saat ini. Jaringan ini akan menggunakan pendekatan hub-and-spoke, dengan lebih sedikit pelabuhan per rute dan fokus pada terminal efisien untuk memastikan kelancaran operasi.
Menguasai Kapasitas Global
Jika digabungkan, Gemini, Ocean Alliance, dan Premier Alliance mengendalikan 80% kapasitas kontainer dunia. Walaupun demikian, MSC tetap menjadi pemimpin pasar dengan 887 kapal berkapasitas 6,4 juta TEUs, diikuti oleh Maersk dengan 726 kapal dan kapasitas 4,5 juta TEUs. MSC juga memperkuat dominasinya dengan memesan 130 kapal baru, menambah kapasitas sebesar 2 juta TEUs, atau 30% dari kapasitas saat ini.
Namun, dinamika kapasitas ini diperumit oleh situasi di Laut Merah. Sejak 2023, serangan oleh pemberontak Houthi memaksa banyak pengangkut mengalihkan rute mereka dari Laut Merah, memperpanjang perjalanan hingga 14 hari melalui Tanjung Harapan. Meskipun gencatan senjata di Timur Tengah baru-baru ini telah mengurangi ketegangan, pengembalian layanan ke jalur Suez masih menjadi pertanyaan besar karena membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk penyesuaian.
Ekspansi Aliansi dan Kemitraan Baru
Ocean Alliance, yang melibatkan CMA CGM, Evergreen, Cosco, dan OOCL, telah diperpanjang hingga 2032. CMA CGM kini menjadi operator terbesar ketiga dunia dengan kapasitas 3,9 juta TEUs, sementara Cosco berada di posisi keempat dengan 3,3 juta TEUs.
Selain itu, MSC dan Zim mengumumkan kemitraan baru pada layanan trans-Pasifik yang menghubungkan Asia dengan pelabuhan di Pantai Teluk dan Pantai Timur Amerika Serikat, mulai Februari 2025. MSC juga akan berkolaborasi dengan Premier Alliance pada layanan Asia–Eropa.
Tantangan ke Depan
Industri pelayaran kontainer global terus menghadapi tantangan besar, termasuk dampak sentimen anti-Tiongkok, ancaman tarif, dan pergeseran rantai pasok. Namun, aliansi baru ini diharapkan dapat menciptakan efisiensi dan stabilitas dalam memenuhi kebutuhan logistik global.